Kamis, 19 November 2009
Mengenal dan mempelajari nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah suatu ilmu yang sangat agung, penuh dengan kebaikan dan keutamaan, dan beraneka ragam buah dan manfaatnya.
Keutamaan dan keagungan mendalami ilmu Al-Asmâ` Al-Husnâ akan lebih jelas dengan memperhatikan beberapa keterangan berikut ini:
Satu: Mempelajari ilmu tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah ilmu yang paling mulia dan paling utama, yang paling tinggi kedudukannya dan paling agung derajatnya. Tentunya hal ini sangat dimaklumi. Karena kemulian suatu ilmu pengetahuan tergantung pada jenis pengetahuan yang dipelajari dalam ilmu itu. Sedangkan telah dimaklumi pula bahwa tiada yang lebih mulia dan lebih utama dari pengetahuan tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah yang terkandung dalam Al-Qur`ân yang mulia dan Sunnah Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam.
Berkata Abu Bakr Ibnu Al-‘Araby rahimahullâh, “Kemuliaan sebuah ilmu tergantung apa yang diilmui padanya. Sedang (mengenal Allah) Al-Bârî adalah semulia-mulia pengetahuan. Maka mengilmui tentang nama-nama-Nya adalah ilmu yang paling mulia.” [1]
Maka mempelajari dan mendalami makna Al-Asmâ` Al-Husnâ adalah amalan yang paling utama dan mulia.
Dua: Mengenal Allah dan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya akan manambah kecintaan hamba kepada Rabbnya, akan membuatnya semakin mengagungkan dan membesarkan-Nya, lebih mengikhlaskan segala harapan dan tawakkal hanya untuk-Nya dan membuat rasa takutnya kapada Allah semakin mendalam. Dan kapan pengetahuan dan pemahaman seorang hamba terhadap nama-nama dan sifat-sifat Rabbnya semakin kuat dan mendalam, maka akan semakin kuat pula tingkat penghambaannya kepada Allah, dan akan semakin tulus sikapnya berserah diri kepada syari’at Allah, serta dia akan semakin tunduk kepada perintah Allah dan semakin jauh meninggalkan larangan-Nya.
Tiga: Mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya adalah dasar keimanan dan dengan itu pula iman akan semakin bertambah.
Berkata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Si’dy rahimahullâh, “Sesungguhnya beriman terhadap Al-Asmâ` Al-Husnâ dan mengenalnya mencakup tiga jenis tauhid; tauhid Rubûbiyah, tauhid Ulûhiyah dan tauhid Al-Asmâ` wa Ash-Shifât. Dan tiga jenis tauhid ini adalah perputaran iman dan ruhnya, pokok dan puncaknya. Maka setiap kali pengetahuan hamba terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah semakin bertambah, maka akan bertambah pula keimanannya dan akan semakin kuat keyakinannya.” [2]
Demikian pula sebaliknya, siapa yang kurang pengetahuannya terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah, maka kurang pula keimanannya.
Dan siapa yang mengenal Allah, maka ia akan mengenal segala yang selain Allah. Dan siapa kebalikan dari itu, maka perhatikanlah firman-Nya,
“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” [Al-Hasyr :19]
Cermatilah ayat di atas, tatkala ia lupa terhadap Allah, maka Allah membuatnya lupa kepada dirinya sendiri, lupa terhadap apa-apa yang merupakan kebaikannya dan lupa akan sebab-sebab keberuntungannya di dunia dan akhirat.
sumber gambar : http://www.islamicwall.com/
sumber gambar : http://www.islamicwall.com/
Surat Al-Faatihah adalah surat yang paling agung di dalam al-Qur-an. Disebut Al-Faatihah karena ia merupakan pintu gerbang untuk memasuki dan mengarungi luasnya samudera al-Qur-an. Surat ini dinamakan juga dengan Ummul Kitab, karena ia memuat garis besar pesan-pesan seluruh al-Qur-an yang terdiri dari 114 surat. Dalam sehari semalam, kaum Muslimin membaca surat Al-Faatihah minimal tujuh belas kali dalam lima shalat wajib. Artinya, tujuh belas kali minimal mereka diingatkan oleh pesan-pesan Al-Faatihah melalui ayat-ayatnya. Seharusnya, jumlah itu sudah cukup bagi mereka untuk mengerti dan memahami pesan-pesannya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Blog Archive